Jumat, 27 Januari 2012

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP EKONOMI INDONESIA

A.    Pengaruh Globalisasi dalam Bidang Ekonomi
Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin tipisnya batas geografi dari kegiatan ekonomi atau pasar nasional atau regional. Banyak negara yang terlibat menjadi satu proses global mengikuti kekuatan pasar global, sehingga tidak ada kondisi dari pemerintah. Contoh, sepeda motor merk “Honda” diproduksi tidak hanya dari negara asalnya Jepang saja tetapi sudah diproduksi di negara lain dengab lisensi dari perusahaan induknya di Jepang. Bahkan produk-produk yang lain juga demikian dibawah kendali perusahaan multinasional, seperti makanan, minuman, dan kebutuhan rumah tangga yang yang lain.
Liberalisasi perdagangan bebas ini semakin menguat setelah ditanda tanganinya GATT atau Perjanjian Umum Tentang Tarif dan Perdagangan, dan kemudian putaran Uruguay tahun 1995 berhasil membentuk WTO atau Organisasi Perdagangan Dunia yang sampai sekarang diperkirakan anggotanya 148 negara. Pengaruh WTO ini semakin meluas setelah dibentuknya GATS (General Agreement on Trade and Services) yaitu mengatur liberalisasi lalu lintas barang dan jasa antara lain menghapus tarif bea maupun non-tarif seperti, pelarangan impor, kuota, lisensi impor, persyaratan investasi, dan sebagainya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan pengaruh globalisasi di bidang ekonomi ini antara lain : (a) Globalisasi menguntungkan negara-negara maju, (b) Globalisasi melahirkan perusahaan-perusahaan raksasa (multinasional), (c) Banyak perusahaan di negara-negara maju mendensentralisasikan operasi perusahaannya, atau sekedar membuka cabang di negara-negara berkembang, (d) Bagi negara berkembang berakibat merosotnya nilai tukar ekspor terhadap impor barang-barang manufaktur, (e) Kekuatan tawar menawar negera-negara sedang berkembang semakin melemah, (e) Kekuatan tawar menawar negara–negara sedang berkembang semakin lemah, (f) pasar uang global menyebabkan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang terus merosot.




B.    Globalisasi di Bidang Ekonomi dalam Hal Liberalisasi Perdagangan, Keuangan dan Investasi.
Globalisasi ekonomi bukanlah proses yang baru. Sejak lima abad yang lalu perusahaan-perusahaan di negara-negara yang perekonomiannya telah maju, telah meluaskan jangkauannya melalui aktivitas produksi dan perdagangan (yang semakin intensif dimasa penjajahan) ke berbagai belahan dunia. Namun, sejak dua hingga tiga dekade lalu, globalisasi ekonomi telah semakin mempercepat perluasan jangakauan tersebut sebagai akibat dari berbagai faktor, seperti perkembangan teknologi dan terutama kebijakan-kebijakan liberalisasi yang telah menjalar ke seluruh dunia.
Aspek-aspek terpenting yang tercakup dalam proses globalisasi ekonomi adalah runtuhnya hambatan-hambatan ekonominasional, meluasnya aktivitas-aktivitas produksi, keuangan dan perdagangan secara internasional serta semakin berkembanganya kekuasaan perusahaan-perusahaan transnasional dan institusi-intitusi moneter internasional. Walaupun globalisasi ekonomi merupakan proses yang terjadinya tidak secara merata, dengan peningkatan perdagangan dan investasi hanya terfokus di segelintir negara saja, namun hampir semua negara di dunia sangat dipengaruhi oleh proses tersebut. Sebagai contoh, sebuah negara berpendapatan rendah yang pangsa perdagangannya sangatkecil dalam perdagangan dunia, namun perubahan permintaan atau harga-harga komoditas-komoditas ekspornya atau kebijakan untuk secara cepat menuunkan bea-bea impornya dapat secara sosial dan ekonomi berpengaruh besar terhadap negara tersebut. Negara tersebutmunkin hanya memiliki perab yang kecil dalam perdagangan dunia, namun perdagangan dunia memiliki pengaruh sangat besar terhadap negara tersebut, yang munkin saja pengaruhnya jauh lebih luas dibandingkan dengan pengaruhnya atas perekonomian-perekonomian yang telah maju.
Liberalisasi eksternal dari perekonomian nasional mencakup penghapusan hambatan-hambatan nasional atas aktivitas ekonomi, meningkatkan keterbukaan dan integrasi dari negara-negara ke dalam pasar dunia. Di kebanyakan negara, hambata-hambatan nasional dalam bidang moneter dan pasar uang, perdagangan dan investasi asing langsung pada umumya telah dihapus. Dari ketiga aspek liberalisasi (keuangan, perdagangan, investasi), proses liberalisasi moneter adalah persoalan yang paling mendapat perhatian. Selama ini  telah terjadi liberalisasi yang ekstensif dan progresif atas berbagai kontrol terhadap aliran dan pasar uang.
Liberalisasi perdagangan juga meningkat secara gradual, namun tidak seperti yang terjadi pada liberalisasi moneter. Peran perdagangan yang meningkat dibarengi oleh pengurangan tarif secara umum, baik di negara-negara maju maupun di negara sebagian lagi sebagai akibatdari babak-babak putaran perdagangan multilateral di bawah GATT ( General Agrement on Tariff and Trade). Namun demikian, tarif-tarif yang tinggi tetap masih muncul dinegara-negara maju, dalam sektor-sektor seperti pertanian, tekstil dan produk-produk manufaktur tertentu, yang merupakan sektor dimana negara sedang berkembangan memiliki keunggulan komparatif. Lebih jauh lagi, terdapat peningkatan penggunaan hambatan non-tariff yang mempengaruhi aksesdari negara sedang berkembang ke pasar negara-negara maju.
 Juga telah terjadi pertumbuhan yang mantap dalam liberalisasi Investasi Asing Langsung (FDI), meski pada sekala yang lebih kecil dari aliran moneter internasional. Kebanyakan FDI dan penngkatannya merupakan akibat dari aliran-aliran dana investasi langsung di antara negara-negara maju. Akan tetapi, sejak awal tahun 1990-an, aliran FDI ke negara sedang berkembang telah meningkat secara relatif, dari rara-rata 17 % pada tahun 1981-1990 menjadi 32 % pada tahun 1991-1995. Hal tersebut sejalan dengan liberalisasi kebijakan-kebijakan investasi asing di kebanyakan negra sedang berkembang dalam waktu belakangan ini. Namun, banyak dari FDI tersebut memusat hanya di beberapa NSB. Secara khusus, negara-negara terbelakang (Least Developed Countries) menerima bagian yang sangat kecil dari aliran-aliran FDI tersebut, meskipun mereka telah meliberalisasi kebijakan-kebijakannya. Dengan demikian, FDI bukan merupakan suatu sumber keuangan eksternal yang signifikan kebanyakan negara sedang berkembang, yang besar kemunkinan masih tetap berlangsung dalam beberapa tahun mendatang.

C.    Globalisasi Dalam Merumuskan Kebijakan pada Bidang Ekonomi
Di dalam ciri terpenting dan khas dari proses globalisasi adalah “globalisasi” dalam kebijakan dan mekanisme pembuatan kebijakan nasional. Kebijakan-kebijakan nasional (yang meliputi bidang-bidang ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi) yang hingga sekarang ini berada di bawah juridiksi pemerintah dan masyarakata dalam sutu negara bergeser menjadi berada di bawah pengaruh atau diproses badan-badan internasional atau perusahaan swasta besar serta pelaku ekonomi atau keuangan internasional. Hal ini telah menyebabkan terjadinya erosi kedaulatan nasional, dan mempersempit kemampuan pemerintah dan masyarakat untuk memilih berbagai pilihan dalam kebijakan ekonomi, sosial dan budaya.
Kebanyakan negara sedang berkembang telah merasakan bagaimana kemampuan mereka dalam pembuatan kebijakan mengalami erosi, dan mereka harus mengadopsi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh entitas lain, yang mungkin mengganggu fokus perhatian negara-negara tersebut. Negara-negara maju, dimana mayoritas pelaku ekonomi berada, yang juga mengontrol proses dan kebijakan badan-badan ekonomi internasional, akan menjadi lebih baik jika dapat mengontrol kebijakan nasional mereka sendiri sebaik kontrol mereka atas kebijakan dan praktek dari berbagai institusi internasional dan sistem global. Meskipun demikian, merupakan fakta yang benar juga bahwa perusahaan-perusahaan besar telah mengambil alih sebagian besar pembuatan keputusan bahkan di negara maju sekalipun, dengan tanggungan negara atau pimpinan poitik dan sosial.
Sebagian dari erosi atas kemampuan nasional dalam pembuatan kebijakan disebabkan oleh liberalisasi pasar dan perkembangan teknologi. Sebagai contoh, aliran modal bebas, keterlibatan modal dalam jumlah besar, serta kekuasaan para pelaku ekonomi dan spekulator besar yang tidak terdeteksi, semakin menyulitkan negara sedang berkembang untuk mengontrol tingkat kurs dan aliran keluar masuk uang dari negaranya. Berbagai perusahaan transnasional dan intitusi moneter mengontrol sumber daya yang sangat besar, melebihi yang mampu dikelola oleh pemerintah, sehingga dapat mempunyai pengaruh kebijakan yang besar di banya negara. Perkembangan teknologi telah menjadi faktor yang mempersulit dan membuat tidak mungkinnya perumusan kebijakan. Misalnya, pendirian TV dan ketersediaan stasiun-stasiun kecil penerimanya, dan tersebarnya kegunaan surat menyurat secara elektronik dan internet menyulitkan pemerintah untuk menentukan kebijakan komunikasi atau budaya, maupun untuk mengontrol penyebaran informasi dan produk-produk kebudayaan.
Namun demikian, satu aspek yang lebih penting adalah proses yang saat ini terjadi, yang memungkinkan institusi-institusi global menjadi perumus dari semakin banyak bidang cakupan kebijakan yang pada awalnya berada dibawah jurisdiksi pemerintah nasional. Saat ini, pemerintah-pemerintah harus menerapkan kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan keputusan-keputusan dan aturan-aturan berbagai institusi internasional tersebut. Institusi-institusi utama dimaksud adalah Bank Dunia, IMF dan WTO.
Ada juga organisasi internasional lain yang berpengaruh, khususnya PBB beserta badan-badan dibawahnya, traktat, konvensi serta konferensi dunia yang diadakannya. Namun demikian, pada tahun-tahun terakhir, PBB telah kehilangan banyak kebijakan pengaruh operasionalnya atas berbagai persoalan ekonomi dan sosial. Hal sama juga terjadi atas kekuasaan dan kewenangan Bank Dunia, IMF dan GATT atau WTO.
  



Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

HAND-OUT FILSAFAT PENDIDIKAN
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat Pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum à (maka) dalam membahas filsafat pendidikan (cara kerja dan hasilnya) juga berangkat dari filsafat à (yaitu) : berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan dan nilai.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu :
Filsafat Pendidikan Progresif    Filsafat Pendidikan Konservatif
Didukung :
1.    Filsafat pragmatisme à John Dewey
2.    Romantik naturalisme à Roousseau    Didasari/didukung:
1.   Filsafat Idealisme
2.   Realisme
3.   Humanisme (humanisme rasional)
4.   Supernaturalisme/ realisme religius

Dalam tulisan ini akan dibahas Aliran Filsafat Pendidikan sebagai berikut :
1.       Filsafat Pendidikan Idealisme
2.       Filsafat Pendidikan realisme
3.       Filsafat Pendidikan materialisme
4.       Filsafat Pendidikan pragmatisme
5.       Filsafat Pendidikan eksistensialisme
6.       Filsafat Pendidikan progresivisme
 Aliran Filsafat Pendidikan Modern
7    Filsafat Pendidikan esensialisme


8.       Filsafat Pendidikan perenialisme
9.       Filsafat Pendidikan rekontruksionisme

Pembahasan dari Uraian Di atas :
Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme
Ontologi/realitas    Epistemologi/Pengetahuan    Aksiologi/Nilai
 Realitas / wujud akhir adalah roh (ide/pikiran), bukan materi, bukan fisikàbersifat monistis àhakikat ontologi pada rohani.
 Schopenhaur: menyatakan “dunia adalah ide saya” .
 Pandangan penganut idealisme : fungsi mental adalah apa yang tampak dalam tingkah laku, jasmani hanya sebagai materi/alat jiwa/alat roh untuk melaksanakan tujuan/dorongan jiwa manusia.      Teori yang mendasari pengetahuan idealisme adalah rasionalisme mengemukakan bahwa indra kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman indra , melainkan dari konsepsi, dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas jiwa     Berpandangan bahwa nilai itu absolut. Tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap.
 Contohnya : hukum moral à kewajiban manusia manusia untuk berlaku jujur, adil, ikhlas, pemaaf, kasih sayang sesama manusia dimanapun berada.
 Implikasi dalam pendidikan Power (1982:89):
1)              Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2)              Kedudukan Siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
3)              Peranan guru
Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
4)              Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
5)              Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
Aliran Filsafat Pendidikan REALISME
 Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang hakikat wujud/realitas/ontologi secara dualitas à terdiri atas dunia fisik dan rohani
 Implikasi pendidikan realisme (Power:1982):
1)      Tujuan Pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
2)      Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
3)      Peranan guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar, dan dengan keras menuntut prestasi dari siswa
4)      Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
5)      Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
Aliran Filsafat Pendidikan MATERIALISME
 Dari segi ontologi à wujudnya berupa materi, bukan rohani, bukan spiritual, atau supernatural.
 Pelopor pandangan materialisme klasik:  Demokritos (460-360 SM) à yang disebut juga “atomisme” à yang beranggapan bahwa : segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (yang disebut atom-atom). Atom-atom merupakan bagian dari yang begitu kecil sehingga mata kita tidak dapat melihatnya. Atom-atom itu bergerak, sehingga dengan demikian membentuk realitas / perwujudan pada panca indra kita.
 Apa yang dikatakan jiwa /mind  dan segala kegiatannya (berpikur, memahami) adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, system urat saraf, atau organ-organ jasmani yang lainnya.
 Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan, serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan, simbol subjektif manusia untuk situasi dan hubungan fisik yang berbeda.
 Cabang materialisme yang digunakan sebagai landasan berfikir adalah : “positivisme”à yang beranggapan bahwa kalu sesuatu itu memang ada, maka adanya itu adalah jumlahnya. Jumlah itu dapat diukur. Oleh karena itu, segala yang ada dapat diamati dan diukur. Sebaliknya segala yang tidak dapat diamati atau diukur secara ilmiah berarti tidak dapat dipelajari secara positif.
 Implikasi pendidikan pada filsafat materialism menurut Power (1982):
1)              Tema
Manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
2)              Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
3)              Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
4)              Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, operant conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
5)              Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
6)              Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
Aliran Filsafat Pendidikan PRAGMATISME
Realitas / Ontologi    Pengetahuan/epistemology    Nilai
 Interaksi antara manusia dan lingkungan
 Esensi realitas adalah perubahan     Akal manusia aktif dan ingin selalu meneliti, tidak pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu sebelum dibuktikan kebenarannya secara empiris.
  Contoh : guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk ? belajar apa yang ingin diketahuinya.     Relatif à kaidah-kaidah moral dan etik tidak tetap. Selalu berubah seperti perubahan kebudayaan, masyarakat dan lingkungan. 
 Implikasi Filsafat Pendidikan pragmatism terhadap pelaksanaan pendidikan menurut Power (1982):
1)              Tujuan Pendidikan
Memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosial dan pribadi
2)              Kedudukan Siswa
Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
3)              Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
4)              Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja)
5)              Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya
Aliran Filsafat Pendidikan EKSISTENSIALISME
Realitas/Ontologi     Pengetahuan/Epistemologi    Nilai
 Pengalaman individu/ cara manusia berada di dunia / eksistensi     Tergantung pada pemahamannya tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas, pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan, melainkan untuk dapat dijadikan alat perkembangan dan pemenuhan diri serta untuk merealisasikan diri.     Menekankan pada kebebasan dalam tindakan untuk merealisasikan diri.
 Implikasi Filsafat Pendidikan eksistensialisme menurut power (1982):
1)              Tujuan Pendidikan
Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.
2)              Status Siswa
Makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu komitmen terhadap pemenuhan kebutuhan pribadi.
3)              Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan-aturan. Oleh karena itu di sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek”(rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
4)              Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasanakademik, di mana mungkin guru pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid.
5)              Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai harus merujuk pada cara  untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
Aliran Filsafat Pendidikan Progressivisme
Ontologis    Epistemologis     Aksiologi
 Kenyataan alam semesta merupakan kenyataan kehidupan manusia à pengalaman adalah kunci pengertian manusia terhadap segala sesuatu dan membantu manusia untuk dapat berkembang, berubah serta berani bertindak.     Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum, prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman.      Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa à dari sinilah muncullah pergaulan
 Filsafat progressivisme bermuara / identik bahkan bahkan dapat dikatakan sama dengan filsafat pragmatism. Keduanya menitiberatkan pada manfaat hidup praktis à filsafat progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat pragmatism: bahwa agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup, manusia harus pagmatis memandang kedepan.
 Prinsip-prinsip pendidikan :
1)              Pendidikan adalah hidup itu sendiri bukan persiapan untuk hidup à orientasi pada pengalaman. Tidak ada tujuan umum dan akhir pendidikan. Pendidikan adalah pertumbuhan berikutnya.
2)              Pendidikan harus berhubungan langsung dengan minat anak, minat individu, yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar (child centered)
3)              Anak akan dibawa untuk mampu memecahkan masalah dengan berpikir ilmiah : (a) merasakan adanya masalah, (b) menganalisis masalah tersebut/ menyususn hipotesis, (c) mengumpulkan data, (d) menganalisis hipotesis, (e) mencoba, menguji, membuktikan.
4)              Peranan guru tidak langsung, melainkan memberikan petunjuk bagi siswa (sebagai pembimbing, fasilitator).
5)              Sekolah harus memberikan semangat kerja sama, bukan mengembangkan persaingan.
6)              Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan.
  Kritik terhadap pandangan progressivisme :
1)              Siswa tidak mempelajari warisan sosial.
2)              Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan.
3)              Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru.,siswa memilih aktif sendiri
4)              Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri.
Aliran Filsafat Pendidikan Perennialisme
Ontologi    Epistemologi    Aksiologi
 Mengacu pada kebudayaan yang ideal, teruji dan tangguh (M.Noor Syam:1984) à terdiri dari pengertian seperti benda individual(benda yang tampak oleh panca indra), esensi (memandang lebih intrinsic/kualitasnya), aksiden (keadaan yang bisa berubah), dan subtansi (kesatuan dari tiap individu).      Segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung dari kepercayaan.     Memandang nilai berdasar atas asas supernatural, menerima universal yang abadi àkhususnya tingkah laku manusia à jadi hakikat manusia yang pertama adalah jiwa.
 Perennialisme muncul pada abad-20. Lahir terhadap suatu reaksi terhadap pendidikan progressif à yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru  ternyata membuat dunia penuh kekacauan, ketidakpastian terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio-kultural.
 Prinsip pendidikan perennialisme secara umum:
1)              Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia di manapun berada adalah sama. Tujuan pendidikan harus sama, yaitu: memperbaiki manusia sebagai manusia, sesuai hakikatnya.
2)              Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi yang harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
3)              Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi.
4)              Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup.
5)              Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dan literature yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehidupan sosial, terutama politik dan ekonomi.(mempertahankan nilai budaya). 
Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme
Ontologi    Epistemologi    Aksiologi
 Suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata nilai yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada cela pula. Tujuannya untuk membentuk pribadi bahagia dunia akhirat.
 Realism yang mendukung esensialisme disebut realism objektif.       Jalan untuk mengerti epistemology essensialisme adalah teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan.     Nilai-nilai berasal dan tergantung pada padangan-pandangan idealisme (menyatakan bahwa hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seorang dikatakan baik jika interaktif dan melaksanakan hukum-hukum itu) dan realisme (menyatakan baik dan buruk bersandarkan pada keturunan dan lingkungan).
 Implikasi filsafat pendidikan essensialisme menurut Power (1982):
1)              Tujuan Pendidikan
Transmisi kebudayaan untuk menentukan solidaritas sosial dan kesejahteraan umum.
2)              Kurikulum
Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis dan berhitung. Keterampilan berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup sosial yang layak .kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.
3)              Kedudukan Siswa
Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.
4)              Metode
Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.
5)              Peranan Guru
Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang yang dapat dipercaya, dan secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan proses belajar.
Aliran Filsafat Pendidikan REKONSTRUKSIONISME
Ontologi    Epistemologi    Aksiologi
 Realita itu ada di mana-mana dan sama di setiap tempat (M.Noor Syam:1983,306). Tidak hanya melihat pada sesuatu yang konkret tetapi tetapi juga pada sesuatu yang khusus, karena realita yang kita ketahui dan hadapi tidak terlepas dari suatu system.
 Merujuk pada dualism, yaitu mengandung hakikat materi dan hakikat rohani.     Merujuk pada aliran pragmatism (progressive) dan perennialisme. Memahami realita memerlukan asas tahu.     Menurut Imam Barnadib (1992: 69)Memandang masalah nilai berdasarkan asas-asas supernatural, yaitu menerima nilai natural yang universal, yang abadi, berdasarkan prinsip nilai teologis (ketuhanan).
 Latar Belakang Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan Progressivisme. Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progressif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Ruggth 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
 Implikasi filsafat pendidikan Rekonstruksionisme menurut Power (1982):
1)              Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
2)              Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah essensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.
3)              Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritasmaupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
4)              Kedudukan Siswa
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.
5)              Metode
Learning by doing.
6)              Peranan Guru 
Menunjukkan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam memberikan pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.